Search Engine Submission - AddMe Free Meta Tag Generator Dandy Hermawan Post: Selingkuh, Pandangan Islam
readbud - get paid to read and rate articles
videobb
Powerful Strategy
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.
AyuWage Services - Get Paid to Visits Sites and Complete Surveys
http://www.emailcashpro.com
richgoptr.com Popular 1:1 Traffic Exchange
Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner
HyperCompound - Invest With Confidence NEO Progress
Affiliate Program ”Get Money from your Website”
Online Job for All. Work from home computer.
Permanent Links
Permanent Links: Traffic Forever
Improve your website organic search. Buy permanent links to your website and get visitors forever.
www.buypermalink.com

Tuesday, November 15, 2011

Selingkuh, Pandangan Islam

Global Promotion Alliance
Quality advertising. Big traffic. Increase sales. Promote your website. Advertise your product to shoppers.

Selingkuh, dari segi bahasa saja sudah mengandung makna negative. Dalam Kamus Besar  Bahasa Indonesia, selingkuh mempunyai makna yang banyak :
1.      tidak berterus terang
2.      tidak jujur atau serong
3.      suka menyembunyikan sesuatu
4.      korup atau menggelapkan uang
5.      memudah-mudahkan perceraian
Kelima-limanya dapat terjadi pada waktu, kondisi apapun dan dapat ditimbulkan oleh siapapun. Kelima-limanya tersebut tidak disukai oleh agama dan telah disebut dengan pelanggaran, melanggar perintah Allah. 

Jika kelima-limanya tersebut terjadi dalam keluarga maka telah terjadi perselingkuhan dalam keluarga yang sekarang akan dibahas. 

Contohnya,

Apabila seorang isteri diam-diam mengambil uang suaminya tanpa memberitahu itu sudah termasuk selingkuh. Jika seorang suami sebenarnya mendapatkan penghasilan 1 juta namun dilaporkan kepada isterinya hanya 500 ribu, maka itupun sudah termasuk selingkuh. Puncak selingkuh dalam keluarga adalah salah satu pihak telah menjalin hubungan dengan pria/wanita idaman lain (PIL/WIL) tanpa sepengetahuan pasangannya.

Ada ayat dalam Al-Quran, Surat An-Nisa yang menjelaskan bahwa betapa dekatnya arti pasangan dengan diri kita sendiri, bahkan jikalau memang harus bercerai, mahar yang telah diberikan kepada isterinya dahulu
tidak boleh diminta kembali. Berikut bunyinya :

“Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali daripadanya barang
sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata?”. (QS.4:20)

“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur/AFDHO) dengan sebagian yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (QS. 4:21)

Mari lihat lebih dalam lagi sebenarnya apa arti AFDHO dalam Surat 4:21 diatas. AFDHO  berasal dari  kata FADHO yang artinya angkasa luar. Angkasa luar itu mempunyai ruang yang sangat luas, tanpa batas dan terbuka. Karena itu hendaknya hubungan suami isteri semestinya seperti angkasa luar ini,  tidak ada batas di antara suami isteri, dan se-terbuka-terbukanya diantara keduanya. Kalau masih ada gengsi, takut-takut dan sembunyi-sembunyi terhadap sesuatu sekecil apapun diantara keduanya maka belum mengikuti kehendak dan keinginan Allah tersebut. Allah menginginkan  antara kita dan pasangan kita adalah saling terbuka. Pasangan adalah diri kita.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari diri kamu, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”(QS.30:21)

Kita  lihat ayat diatas.  Allah mengatakan Dia  telah menciptakan untukmu isteri-isteri dari diri kamu. Apa maknanya ? Maknanya adalah pasangan kita sesungguhnya adalah diri kita. Maukah kita merugikan diri Anda sendiri dalam arti merugikan pasangan Anda ? Maukah Anda menyakiti diri sendiri artinya menyakiti pasangan Anda yang merupakan diri Anda sendiri ? Pasangan kita adalah diri kita. Apabila kita menginginkan sesuatu  maka sebelum kita mengucapkan, suami/isteri kita sudah dapat menebaknya dengan tepat apa yang kita inginkan, karena dia adalah diri kita. Begitu juga sebaliknya karena kita juga adalah dirinya. Semakin terjadi persesuaian suami-isteri, akan semakin bahagia mereka.

Hidup bersama dengan pasangan, mempunyai arti sesungguhnya yang amat dalam. Hidup itu adalah ditandai dengan gerak, bisa merasakan dan dirinya tahu. Kalau Anda hidup bersama dengan pasangan, maka gerak langkah secara bersama, pengetahuan Anda dan pasangan bersama-sama tahu dan mencari tahu terhadap segala hal dan masalah yang  sedang dihadapi, dan Anda bersama pasangan Anda mempunyai perasaan yang sama.

Kalau pasangan Anda tidak menyukai sesuatu pada diri Anda, maka ubahlah diri Anda. Kalau pasangan Anda tidak menyukai dan  tidak meridhai poligami, maka jangan Anda lukai diri Anda sendiri (pasangan
Anda) dengan poligami. Dalam ajaran Islam, ada perintah musyawarah. Dalam Al-Quran, musyawarah ini digunakan 3 x, yaitu musyawarah untuk pujian, musyawarah dalam kehidupan bermasyarakat dan musyawarah dalam hidup berumah tangga.  Jadi dalam hidup berumah tangga, tidak ada yang tertutup sedikitpun, dan musyawarah membutuhkan kejujuran. Jadi jangan menyembunyikan  sesuatu pada pasangan Anda.

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. …. dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”  (QS.65:6).

Ada kasus khusus, memang ada sesuatu dalam kehidupan berumah tangga berbohong dibenarkan dalam rangka menyenangkan pasangan, yaitu gombal pada pasangannya. Begitu juga menyembunyikan sesuatu kalau dalam hal kemaslahatan bersama dan bukan  untuk  kepentingan pribadi, hal ini dapat dibenarkan oleh Allah. Dalam sebuah  hadits, ada seorang isteri sedang  sendirian  bersama  anaknya yang  sedang sakit  keras, suaminya sedang  pergi  mencari nafkah dan sudah lama perginya karena jaman dulu pergi mencari nafkah itu betul-betul memakan waktu lama, tidak ada transportasi yang  cepat seperti sekarang. Anaknya yang sedang sakit ini, kemudian  meninggal. Tak lama  kemudian, suaminya pulang. Sesampai  di rumah, suaminya menanyakan bagaimana kabarnya dan kabar anak mereka berdua ? Dijawab sang isteri karena tidak ingin memberikan berita buruk sebelum suaminya pulih betul istirahatnya, “anak kita sedang istirahat setenang-tenangnya”. Tenanglah suaminya karena tidak ada masalah  dalam rumah yang  kemarin ditinggalkannya.

Kemudian sang isteri melayani suaminya sepanjang  malam. Esok  paginya setelah suaminya bangun dan segar, kemudian isterinya baru mengabarkan keadaan anaknya yang sebenarnya pada sang suami, bahwa anaknya sudah meninggal, keadaannya sudah setenang-tenangnya. Sang suamipun sedih dan juga terenyuh akan kesabaran isterinya tapi sudah lebih kuat sehingga bisa menjadi tumpahan kesedihan dari sang isterinya
sebaliknya atas kematian anak mereka. Puncak perselingkuhan adalah perzinaan dengan pria/wanita lain. Dasar kehidupan rumah  tangga adalah kepercayaan. Saling percaya di antara pasangan adalah hal yang paling pokok.  Jika  tidak ada lagi rasa percaya dan  saling curiga maka perkawinan sudah bisa lagi berjalan.

Apalagi jika  salah satu menuduh  pasangannya berzina dengan orang lain maka  sudah  masuk kategori cerai/thalaq abadi. Jika thalaq 1, thalaq 2  bahkan  thalaq 3  (dalam  thalaq  3 ada catatan telah
menikah dulu dengan orang lain), suami bisa balik  lagi kepada isterinya untuk menikah lagi atau sebaliknya (rujuk). Tapi kalau sudah  menuduh berzina dengan 5 x  ucap (Li’an) maka otomatis  telah terjadi  thalaq/cerai abadi.  Hal itu  terjadi  karena mereka  sudah tidak  lagi  saling  percaya,   sudah  musnah  rasa  kepercayaan masing-masing. Tidak  ada  lagi kepercayaan maka tidak bisa balik.

“Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la`nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.” (QS. 24:6-7).

Karena itu,  suami isteri dituntut  untuk menghindarkan diri dari kecurigaan,  dengan cara saling  terbuka. Seringkali  perceraian terjadi karena tidak adanya keterbukaan,  dan ini sudah termasuk selingkuh.

Keterbukaan dan  kejujuran ini bahkan sejak semula jauh sebelum pernikahan masih dalam rangka  saling kenal mengenal sudah harus diterapkan.

Dalam  sebuah hadits, disebutkan pesan Nabi, apabila salah seorang kamu mendatangi perempuan untuk dinikahi dan kamu menggunakan semir rambut, katakan kepadanya bahwa rambutmu telah disemir.

Kehidupan berumah  tangga yang kita hadapi adalah berinteraksi dengan manusia bukan  dengan alam.   Manusia mempunyai  perasaan.  Timbulnya segala sesuatu termasuk pada diri manusia itu dimulai dengan adanya benih, termasuk cinta. Benih itu timbulnya dimulai dari perasaan. Oleh karena itu jika cinta ditujukan pada orang lain bukan pada isteri atau suaminya sendiri, hendaknya buru-buru disingkirkan. Jangan mengatakan bahwa “saya ga bisa menghapus cinta ini kepada dia  (bukan suami/isterinya)”.  Ada sebagian orang menyerah seolah dia tidak berdaya menghadapi perasaan yang timbul dalam dirinya  karena mencintai orang lain yang bukan suami/isterinya, yang barangkali itu adalah cinta pertamanya atau sebab-sebab lainnya. Dia terus saja mengalah tidak berdaya, mengikuti dan menuruti kemauan hatinya yang sudah ternoda itu. Kemudian dengan mudahnya, ia menggunakan dalih taqdir yang menyebabkan dia bisa cinta ke orang lain tersebut. Padahal ada kesalahan yang disebabkan karena  kita sadar dan ada pula kesalahan yang disebabkan karena kecerobohan kita. Kesalahan yang disebabkan  kecerobohan ini, contohnya adalah bila ada seorang
perempuan yang diminta untuk menjaga seorang  bayi yang sedang tertidur, kemudian perempuan itu pergi mengobrol dengan tetangganya dan terlena berjam-jam mengobrolnya.  Ketika perempuan  itu  kembali
ke bayi dan rupanya bayinya sudah terjatuh dari tempat tidur, maka bisakah kita katakan itu karena taqdirnya sang bayi ataukah disebabkan karena kecerobohan perempuan itu ? Tentu,  karena  kecerobohan perempuan  itu  dalam menjaga sang bayi. Nah, begitu juga dengan perasaan dan cinta kita kepada orang yang bukan suami/isteri kita sendiri,  apakah itu disebabkan karena taqdir atau kecerobohan kita terlena pada cinta dan perasaan itu  berjam-jam, berhari-hari bahkan bertahun-tahun yang bersemayam dari hati dan perasaan kita ?

Allah sudah melengkapi perangkat-perangkat di dalam diri agar kita bisa terlepas dan bebas, dan mampu membersihkan kesalahan-kesalahan kita yang lalu. Semua tergantung dari kesungguhan yang kita lakukan.

Karena itu, segeralah  untuk menghapus cinta dan perasaan pada orang yang bukan suami/isteri kita  dan segera menyingkirkannya bukan sekedar mengubur cinta yang bukan untuk pasangannya. Karena kalau
sekedar menguburnya, sesuatu itu masih ada terpendam  yang sewaktu-waktu baik secara sadar atau tidak kita bisa membongkarnya kembali, berbeda halnya jika kita menghapusnya tuntas. Jika benih itu tidak segera disingkirkan  maka lama-lama  akan menjadi besar dan bertambah, dan akhirnya bisa menguasai jiwa dan menjadi dorongan, syetan nanti akan terus membantu jika tidak ada niatan atau tekad yang kuat untuk menyingkirkannya. Tidak ada dalih yang dapat dibenarkan sedikitpun tentang hal ini sejak masih dalam benih apalagi sampai besar. Jangan diperturutkan hati dan perasaan yang salah. Apalagi jika membayangkan orang lain (bukan suami/isterinya)  dalam berhubungan seks itupun sudah termasuk selingkuh, yang sejak dini berupa benihpun (masih dalam bayangan/imajinasi)  tersebut  untuk  segera disingkirkan.

Ketidakjujuran juga termasuk benih dalam kehidupan berumahtangga, segera singkirkan  pula. Ketidakjujuran jika terus dibiarkan dapat mengantar mereka kepada saling tidak  percaya. Pekerjaan-pekerjaan itu ada yang dilakukan oleh hati dan juga oleh anggota badan. Pekerjaan-pekerjaan hati dan pikiran adalah berfikir, berimajinasi dan berfantasi, jika  pekerjaan-pekerjaan hati tersebut tidak mengarah kepada  kebaikan  segera singkirkan dan hapus, seperti imajinasi fantasi kepada orang lain bukan kepada suami/isteri Anda segera musnahkan. Kita harus memadamkan api sebelum dia berkobar. Jangan  perturutkan hati dan  terlena karenanya sedini mungkin.

Jadi selingkuh mempunyai arti yang banyak dan tidak hanya sebatas selingkuh secara   fisik tapi bisa karena hati dan pikiran (imajinasi/fantasi). Segera singkirkan sedini mungkin. Dan untuk mencegahnya, dalam hidup berumah tangga diperlukan adanya keterbukaan & kejujuran sebagai dasar pokok.

Tanya Jawab :

-  Tanya : Bagaimanakah dengan Nikah Sirri ?

- Jawab : Kembali dulu kepada pengertian nikah sirri  yang sebenarnya. Nikah Sirri adalah nikah yang dirahasiakan dimana kerahasiannya itu  sampai batas-batasnya, hanya merahasiakan pada orang lain. Batas-batasnya itu sampai dimana ? Batas-batasnya adalah adanya wali perempuan, mempelai laki dan wanita, dan 2 orang saksi, lalu ditambah aturan dalam Negara kita adalah tercatat dalam KUA. Jadi Nikah Sirri itu sama dengan pernikahan biasa, hanyasanya nikah sirri tidak dirayakan. Jika ada seorang menikah kemudian dia meminta utk orang lain agar mengatakan bahwa dia belum menikah padahal sudah menikah (apalagi berbohong pada isterinya), nah ini sudah diluar batas dan dilarang oleh Allah, karena itu  termasuk berbohong dan dusta.

Allah menyuruh jika kita menikah harus diumumkan. Nikah yang tidak diketahui oleh isteri (apalagi tidak diridhai/disukainya), itu dilarang dalam Islam sesuai dengan pembahasan diatas, karena tidak jujur.

Apabila memang berniat untuk menikah lagi atas kesepakatan kedua belah pihak, keridhaan dan keinginan kedua belah pihak karena alasan-alasan yang dapat  diterima menginginkan  keturunan  yang tidak diperoleh melalui isterinya (Tafsir Al-Misbah Vol.3, Surat An-Nisa:4), maka menikah lagi bagi sang suami  tidak dilarang menurut agama.

Sekarang banyak fenomena dimana sang isteri tidak mengetahui, suaminya mempunyai isteri-isteri lain dan anak-anak lain, karena sembunyi-sembunyi dan tidak jujur  pada isterinya. Selain itu, juga banyak fenomena terjadi pemaksaan kehendak suami untuk menikah lagi. Ini tidak diridhai oleh Allah karena sudah termasuk selingkuh.

-  Tanya : Bagaimana jika  kita  tidak jujur pada anak-anak kita ?

- Jawab : Ada  suatu pengertian yang hendaknya orang tua dan anak harus mengerti sampai dimana batas anak harus berbakti pada orang tuanya. Menurut Rasyid Ridha bahwa bukan  termasuk anak  berbakti kepada orang  tua  apabila  dengan  cara mengikuti semua kehendak dan keinginan orang tua menyangkut hak-hak anak. Orang  tua menyuruh anak dengan memaksa, maka itu sudah melanggar hak anak untuk bebas memilih. Apabila anak mengikuti dengan terpaksa maka itu bukan dikategorikan anak telah berbakti kepada  orang  tuanya.

Wassalamualaikum wr.wb,

Lot of Visitors

No comments:

Post a Comment